1 Syawal 1431 H


Ada yang berbeda dari lebaran tahun –tahun kemarin. Biasanya kami sekeluarga berangkat sholat ied berenam. Bapak sendirian menuju shaf laki-laki. Ibuk, aku, kiki, dek ela, dan simbah menuju shaf perempuan. Beberapa bulan yang lalu simbah tutup usia. Bukan oleh sakit aneh-aneh yang biasa diderita orang kebanyakan makanan berkolesterol. Atau sakit yang mengharuskan penderitanya untuk jaga jarak dengan gula. Simbah sakit tua. Aku lebih suka menyebutnya begitu.

Jarak mesjid hanya dua puluh meter dari rumah. Tapi seperti biasa, kami g bisa mendapat tempat di depan. Setelah perjuangan lihat kanan lihat kiri, ada juga tempat kosong pas di bawak pohon. Shaf paling belakang. Dengan pedenya kami menempatkan diri. Setelah duduk, kurasakan sedikit nggronjal di bawah. Hehe.. kami dapat tempat yang kurang rata. Untungnya lagi, ternyata oh ternyata waktu aku berdiri buat mulai sholat, ranting sama daun-daunnya pas banget di depan muka. Allah sayang aku ^^

Dua rekaat masing-masing berbilangan tujuh takbirotul ikhrom
Suasana pagi mendung
Khidmat sekali
Hmm..
Menikmati alunan al fatihah
Mencoba menghitung betapa banyak yang Dia berikan padaku hari ini, sampai hari ini




Selesai sholat, aku mencium tangan ibuk. Selalu dengan mata yang agak basah. G tahu kenapa. Urusan yang begini aku memang cengeng. Lalu dususul kedua adikku yang bandel, mencium tangan ibukku. Allah sayang kami ^^



Setelah sholat ied, kami langsung pulang. Karena almarhumah simbah dulunya yang paling dituakan di kampung, para tetangga biasanya yang datang berkunjung untuk silaturahmi. Aku kira setelah simbah g ada akan ada perubahan. Ternyata, mereka masih setia dengan ikatan kebiasaan itu. Jadilah kami sekeluarga sibuk bersalam-salaman di rumah. 



Aku paling suka acara sungkeman kami. Sering aku membayangkan keluarga kami adalah keluarga cemara. Meskipun anggota keluarganya kelebihan satu, tetap saja aku menyebutnya begitu. Kami berlima berada di ruang tamu. Ibuk terlebih dahulu sungkem sama bapak. Ibuk ngomong sesuatu ke bapak yang entah apa, bikin mereka berdua mbrebes. Lalu ibuk mensejajarkan diri duduk di samping bapak. Giliranku yang sungkem. Komat kamit sejenak. Lalu ada acara mbrebes lagi. Begitu seterusnya sampai sungkeman selesai.



Waktu ku cium tanganmu bapak
Ada yang buru-buru mau keluar
Setitik air bening di sudut mata
Jangan kau tanyakan mengapa
Pokoknya, dia laki-laki yang aku sayangi
Yang aku ingat sering memboncengkan aku naik motor waktu kecil
Hanya agar aku cepat tidur siang

Waktu ku cium pipi ibuk
Setitik air bening ini keluar lagi
Dan kali ini tak mau berhenti
Dia wanita paling aku cintai
Aku di pangkuannya waktu diboncengkan bapak naik motor


1 Syawal 1431 Hijriah







0 comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir :))