Bapak Potokopian Dekat Kampus

Sudah hampir tiga tahun saya kuliah di kampus ini. Dan minimal dua minggu sekali fotokopi di tempat si bapak ini bekerja. Bolak-balik menyapa meski hanya saat melintas di depan potokopiannya. Tapi kog ya jelek banget saya ini sampai-sampai nggak tahu nama si bapak.

Hehe. Bapak yang baik. Setiap saya potokopi di situ selalu diberi diskon. Makasih ya bapaaaak ^^


Hmm. Sering kali saat menanti potokopian yang jumlahnya buanyak buanget, saya iseng-iseng ngambil foto si bapak. Dalam hati selalu muncul pertanyaan yang sama. “Apa nggak bosen ya, Pak?!” dan saya berencana menanyakan jawabannya lain kali saya potokopi lagi.

Melihat seseorang melakukan pekerjaan yang itu-itu saja saya bosan. Padahal baru seperempat jam saya disitu. Buku dibuka di halaman paling belakang dari yang diminta si pemotokopi. Lalu meletakkan ke mesin. Mesin ditutup. Tombol dipencet. Mesin dibuka. Buku diambil. Buku dibalik halamannya. Diletakkan lagi di mesin potokopi. Mesin ditutup. Tombol dipencet. Mesin dibuka. Buku diambil. Buku dibalik lagi. Diletakkan. Mesin ditutup. Hadeeeeeeeeh. Dan si bapak melakukannya selama berulang-ulang. Berjam-jam. Berhari-hari. Sampai hitungan tahun.





Saya sadar betul kalau si bapak melakukan ini buat kebahagiaan orang-orang yang dia sayangi. Entahlah. Mungkin saya mati bosan jika ada di posisi si bapak. Tapi serius, saya salut sekali. Hehe. Sabar ya pak, semoga ini ladang ikhlas dan sabar yang bisa bapak panen suatu saat nanti.

Saya tahu ketekunan membuahkan ketrampilan dan saya suka sekali jika potokopi di tempat bapak ini. Meskipun potokopiannya bukan punya si bapak, tapi hasilnya rapiiiiiii banget.

Sekian tentang si bapak potokopian dekat kampus yang baik hati.

^^

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir :))