#1 Pelangi

Dear kamu


Assalaamu’alaikum.


Hari ini aku mulai menulis surat. Telat 30 hari dari yang orang-orang lakukan di sini. Nggak papa lah ya.


Kalau tidak salah, sekitar bulan Januari 2 tahun kemarin kita berkenalan, via jejaring sosial paling ngetop kala itu. Aku kaget, saat melihat komen kamu tiba-tiba nyantol di salah satu catatanku. Setelah membaca cerpen-cerpen yang kamu buat di catatanmu, ku rasa kita sepakat kalau kamu memang menarik. Dan facebook jadi semakin berwarna setiap harinya.


Apa kabarnya sekarang?

Waktu itu, aku cuma bisa melihat kamu dari foto-foto yang ada di albummu. Kamu kurus banget. makan yang banyak lah biar agak gemukan. Sehari empat kali oke juga. :)


Apa mungkin kita emang cocok ya? Beberapa teman di fb-ku lewat begitu saja. Hanya teman-teman kampus yang sering lalu-lalang. Tapi buktinya, sering ada nama kamu yang komen di sana-sini lapak milikku. Bikin tangan ini gatel juga komen di status kamu.


Pertemanan membuat perasaan nyaman berubah haluan. Bukankah begitu? Saling berkomen di status, chit-chat via sms, sampai suatu malam aku berani menerima telpon darimu, semuanya terjadi begitu saja. Lalu aku dengan pedenya menyimpulkan kalau hubungan kita ini sedikit setingkat di atas pertemanan. 


Tau nggak kalau waktu itu minimal tiga kali sehari aku membuka profilmu. Membaca semua statusmu, dan seperti kebanyakan penggemar, aku juga mampir ke beberapa teman kamu. Melihat profil mereka dan mencari tahu apa ada hubungan spesial di antara kalian. 


Aku tahu kalau ada seseorang yang kamu sukai. 


Jingga. 

Satu-satunya wanita yang menjadi point of view dalam semua cerpenmu. Catatanmu. Dan kata ganti orang kedua tunggal yang selalu melengkapi statusmu. Wanita yang kamu tunggu hari demi hari, entah sampai kapan. 


Ibarat permen rasa segala, kamu hanya akan aku emut sebentar. Cepat atau lambat akan habis, seperti cerita tentang kita. Melihat kamu setiap hari menyebut nama wanita yang kamu tunggu, membuatku semakin merasa bodoh dengan perasaanku sendiri. 


Kalau sekarang, kamu hidup dengan baik kan? Jingga apa kabarnya? Sudah lama aku tidak melihat catatan tentangnya dan tulisan-tulisan kekagumanmu padanya. Terakhir sekali, aku melihatmu membuatkan seribu satu pelangi untuknya. Indah sekali. Bukan pelanginya, tapi cintamu, padanya. 


Hei kamu, hari ini, aku ingat kamu lho. Btw, terimakasih untuk semuanya. Kalau hari itu kamu tidak memberi komen di catatanku, mungkin selamanya kita cuma dua orang yang tidak saling mengenal. 









Oiya, kalau kebetulan kamu membaca suratku, dan kalau jingga tidak keberatan kamu menulis untukku, dibalas yaaa :)



Regards,

Nobi


gambar diambil dari sini

5 comments:

Anonymous said...

Dear kamu..
Assalaamu’alaikum.
malam ini aku mulai menulis surat, sudah lama aku tidak membuat catatan tentang hal yang aku lewatkan, karena sudah tidak ada yang perlu aku galaukan,
iya
nggak ada yang perlu aku galaukan lagi
karena kamu,
karena kamu ada disampingku, kamu

sampai suatu saat kamu menanyakan kepadaku
antara ‘iya’ dan ‘tidak’
dirimu membuatku pilihan yang sulit
bukan karena aku ada pilihan yang lain, bukan
itu karena kondisi ‘panas’ di tempat kerjaku, dan aku pun sering bertanya kepadamu, apa siap?
Dan itu berat buatku
Tentu saja aku berharap kamu tidak mempermalasahkannya, hahaha
Meski aku sempat merasakan keraguan dengan jawaban darimu yang kamu jawab dengan cepat
Iya, cepat, karena kamu belum merasakan tekanannya
Sekarang kamu diujikan? Hahaha
^^
Sayangku, aku mencintaimu
Sini sini
:p

oryzabitha said...

kita memang tidak pernah bisa meramal masa depan kan :)

Anonymous said...

iya, untuk kitu kita berusaha bukan :)

eRMa said...

aku iri, kalian bisa dengan indahnya saling berbalas kata.. membuatku haru.. sungguh haru.. :'(

oryzabitha said...

Erma apa kabarnyaa? lama nggak mengobrol kita. Sama si mas gimana?

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir :))