XYZ

Saya masih normal. Kalau saya nggak respect sama pimpinan yang semena-mena, saya anggap pikiran saya masih normal. 

Jadi ceritanya, di sebuah pagi ada sekelompok anak Y lagi sibuk di ruangan kerjanya. Ada yang lagi nonton drama, ada yang streamingan youtube di hp, dan ada yang baru selesai sarapan sambil nonton tv. Nah, tiba-tiba si bapak X muncul di pintu. Tanpa ba-bi-bu, si bapak ini langsung marah-marah. Dibilangnya sekelompok anak Y ini nggak menghormati dia, melanggar peraturan, dkk sumpah serapah tidak elegan lainnya. Dan inti dari kata-kata mubadzir si bapak tadi adalah, sekelompok anak Y tidak boleh makan di dalam ruangan. 

Karena ada satu orang dari kelompok tadi yang "ketangkep basah" dengan barang bukti bungkus nasi dan sendok di atas meja, maka (kita sebut dia mas Z)dia diminta membuat surat pernyataan. Beberapa menit kemudian, mas Z datang ke ruangan bapak X buat nyerahin surat. Awalnya dia bertemu dengan sekretaris bapak tersebut. Daaaan, lucunya, si sekretaris lagi makan lontong di dalam ruangannya. Nah karena mas Z pengen nyerahin suratnya langsung ke bapak X, dia maksa ke mbak sekretaris buat masuk sebentar ke ruangan si bapak. Kata si mbak, bapak lagi nggak bisa ditemui, lagi MAKAN di ruangannya.

Sebenarnya, selain kaget, anggota kelompok Y heran juga. Karena sebelumnya, pimpinan langsung mereka mengijinkan mereka makan di kelas dengan catatan sampah langsung dibuang. Akhirnya, dampak dari kejadian lucu tadi, ada (paling tidak) satu anggota kelompok Y yang terlanjur mengeneralisasi kepemimpinan bapak X dengan satu kata. Arogan. 

Jadi, bagian saya adalah mengambil pelajaran dari cerita diatas. Jangan ditiru ya, Nob.

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir :))