Perjalanan Mencari Entah : Kota Tua

Tiba-tiba saja kemarin pengen jalan-jalan ke Kota Tua.


Ditemani Eka dan Ayu kami nekat pergi ke sana dengan keadaan yang setengah dipaksakan. Antara kepengen, penasaran, dan tepar.


Tepar. Ada-ada saja. Kalau dibilang ketularan sakitnya Ayu yang beberapa hari ini setia menemani dia, mungkin benar juga. Tapi Saya dan Eka tidak mau berpikiran begitu. Ini hanya karena kami malas olah raga saja, karena udara Jakarta yang sedikit jahat ditambah efek panas-hujan, makanya kami terserang radang. Khas mau flu. Penyakit caturwulan buat saya.


Hmm... Sebenernya kenapa milih Kota Tua jadi sasaran perjalanan kami, selain tempatnya yang cuma di daerah Kota, juga karena kami belum pernah kesana, juga karena hanya naek transjakarta, juga karena sedang menanti uang saku dari kampus, intinya yang murah meriah saja, hehe..


Dengan modal kamera cyber shoot milik salah satu korban perampokannya Ayu, perjalanan mencari entah apa dimulai juga.


Naik transjakarta dong. Tetep. Bukan busway lho. Haha..


Parahnya, jurusan yang kami tuju melewati halte maut itu. HARMONI.


Astaghfirullah.. Shelter transjakarta satu ini bikin saya gondok saja. Yang terbayang pasti antreaan orang yang kelewatan banyaknya. Dan feeling saya tepat sekali. Pas. Pas rame, pas penuh. Tapi perjalanan ini g boleh putus di tengah jalan. Lanjuut...


Tiba di spot tujuan, kita bingung juga. Akhirnya kita masuk ke museum Bank mandiri, trus ke Museum Bank Indonesia. Tengah bolong yang panas bikin kita sedikit kehilangan mood. Ya sudahlah. Paling g di museum kita dapet banyak foto, hehe... khusus buat saya, banyak njepret gambar.






Museum bank Mandiri. Terus terang saja, suasananya agak serem. Heeheee..




Si Ayu minta cepet keluar dari sini. Aneh katanya. Hadeehh. Ada-ada saja..




Singing "Semua terserah padamuuu... aku begini adanya... " Ahahaii



Setelah muter-muter selama dua jam, rasanya capek juga. Nyari makan lah kegiatan kita. Keluar dari museum Bank Indonesia, saya jadi kepikiran sesuatu. Ini daerah Kota Tua, tapi saya belum menemukan yang saya cari. Alasan saya berkunjung ke tempat ini.


Mana sudut yang suka nongol di tv tv itu yah? =D


kata Ayu sih ada di depan museum Fatahillah. Ee.., bener juga. Ternyata ada daerah lapang yang rame banget. Di sana sini banyak bersliweran orang-orang pada sepedaan. Ternyata ada persewaan sepeda mini plus topi pantai renda-renda. Xixixi.. Lucu juga.








Eka dan Ayu di depan museum Fatahillah. Kalau saya (waktu itu yang ngefotoin mereka) balik badan, ketemu lah sudut yang saya cari itu. Lupa ngambil gambarnya. =D


Yep. Yang saya cari sudah ketemu. Acara selanjutnya adalah bersantai dan kita memilih pohon beringin di depan museum keramik. Eh. Ini bukan disengaja lho ya..


Perjalanan kali ini intinya adalah museum. ^^


Waaa.. Yang penting seru-seruan aja daripada cuma tiduran g jelas di kos nungguin pengumuman IP.


Iya kan iya dong?!


Akhir dari rangkaian perjalanan mencari entah ini berlabuh di tempat makan favorit kami. bakmi Golek. Hiiaah. Alhamdulillah.. Semangkuk bakso urat yang baru saya coba ini enak banget. ^^








Kita bertiga di ruang emas. Bukan emas Bambang lhoo.., wkwk..





Baca Selengkapnya...

...

                                                                          
                                            sedang sangat sedih...


                 ya Allah..



harus kuat di depan mereka..

                                                                               apapun yang terjadi...
Baca Selengkapnya...

In The Afternoon

Kamis, 23 September 2010


Bau tanah basah.


Khas sekali jejak yang ditinggalkan oleh hujan. Saya sedang tidak berada di pekarangan rumah, atau kebun, atau apapun yang diselimuti oleh lapisan tanah. Saya duduk sambil menikmati kicauan burung kenari yang dipelihara bapak di lantai dua.


Saat saya menulis catatan ini, waktu di notebook menunjukkan pukul 5.47 pm.
Sudah sangat sore di Solo. Hmm.. bicara tentang sore, entah sejak kapan tepatnya, saya sangat menyukai waktu ini.


Pernah seseorang mengatakan pada saya, bahwa sore itu saat yang romantis. Saya sendiri belum mau mengartikan romantis sebagai berduaan dengan yang bukan hak saya. Romantis yang saya tangkap dari apa yang orang tersebut katakan, lebih pada suasana hati saya sendiri. Bagaimana waktu ini memberikan jeda untuk kita mengambil makna.


“Ambil lah waktu barang semenit untuk melihat matahari tenggelam. Rasakan saat ia menginjak rem hidup kita agar melaju lebih pelan. Memberikan kesempatan pada diri kita untuk merenungi apa yang terjadi sehari ini. Entah itu senang, sedih, atau yang lainnya. Ijinkan senja memberi jeda dan melahirkan makna. Apapun yang kita alami sudah seharusnya disyukuri.”


***




Salah satu sore paling indah di depan kos, Kebun Sayur, Jakarta.


***

Sayup saya dengar adzan maghrib berkumandang.


Saatnya saya berduaan dengan Rabb yang telah mengatur jadwal kehidupan yang saya lalui. Kembali sore ini saya berterimakasih karena masih dipercayai menghembuskan nafas, mendengarkan dua adik yang marah-marah karena telat dijemput, dan seporsi nasi ayam tulang lunak tadi siang.

Baca Selengkapnya...

New Place for "Kulineran"


Huhuhu..

Malam terakhir tidur di rumah untuk liburan kali ini. Waktu tiba-tiba berubah jadi alarm yang siap berbunyi sekenceng-kencengnya besok sore jam 6 tepat. Dan saat ini saya sedang sangat malas bangun untuk sekedar packing-packing dan mencari oleh-oleh.

Dua bulan selama liburan di rumah saya sangat menikmati fasilitas internet langganan yang kecepatannya asik gila. Inilah salah satu alasan saya belum mau balik ke Jakarta. Hehe.. Jadi ketauan kerjaannya nongkrong di depan leptop.

Dua bulan liburan di Solo ternyata nambah wawasan saya mengenai kulineran. Kalau soal jajan dan makan-makan, jangan ditanya lagi hobi yang satu itu. Apalagi Solo terkenal salah satu surga makanan juga. Saya memenukan banyak tempat makan baru. Ada yang makanannya enak banget tapi suasananya biasa. Ada juga yang makanannya biasa, tapi suasananya menentramkan jiwa, wkwk.

Tempat makan favorit saya dan teman-teman kalau pas di Plasa Atrium Jakarta namanya D'Cost. Restoran seafood yang satu ini komplit banget. Meskipun saya sendiri bukan penggila seafood, tapi harga es teh yang cuma gopek alias lima ratus perak jadi magnet tersendiri. Apalagi tambahan promosi nasi yang sepuasnya cuma seribu rupiah. Haduuuh... Pasti kenyang kalau makan di sini. 





Ternyata oh ternyata, di Solo Square baru dibuka juga ini restoran. Karena penasaran, akhirnya saya, Eka, dan Ayu milih buka bersama di tempat ini. Hmm.. Seporsi besar ikan gurame asam manis, cumi masak padang, dan bakmie seafood pun kami lalap habis. Enaknya g jauh beda sama yang di Jakarta, hahaii.






Tempat makan selanjutnya yang berhasil saya temukan adalah Ayam Resto, di daerah Klodran. Spesial masak ayam-ayaman disini, favorit saya es kelapa mudanya, wkwk. Meskipun agak g nyambung, saya datang dua kali kesini hanya untuk menemui di es kelapa muda. Mungkin saya sedang ngidam (week, yang ini g bener). Tapi ayam tulang lunak di restoran ini lumayan enak. Lunaaak banget. Selain kelapanya, gazebo di Ayam resto juga banyak. Kalau mau bawa sanak saudara kesini, sekelurahan juga masih cukup tempatnya. Hehehe.. Lebay mode ON.


Lanjut kulineran ke daerah sekitar stadion Manahan. Namanya Pondok Jowi dan yang khas dari restoran ini adalah nasi bakarnya. Ceritanya saya jadi event organizer teman-teman eks pasukan tujuh belas (semacam paskibra, di SMA N 3 Surakarta). Atas saran dari seorang sahabat yang sudah terlebih dahulu jadi senior di dunia perkulineran kota Solo, akhirnya saya memilih tempat ini. Setelah melihat-lihat tempatnya, haduuh, so romantic. Sebenarnya restoran ini adalah rumah biasa yang disulap dengan memasang sedikit lukisan, membalutkan kain kotak-kotak ala Bali, sedikit hiasan ranting kering, dan beberapa meja kayu yang berpasangan lengkap dengan kursinya. Sederhanya, tapi sangat nyaman. Saya suka sekali tempat ini. Untuk lauk dan minumannya agak standar. Tapi teri yang sembunyi di balik nasi bakar dan gending jawa yang diperdengarkan terlalu asik untuk dilewatkan.






Tidak berhenti di tempat itu saja lho. Buka bersama sahabat SMP yang tadinya janjian di area foodcourt Solo Grand Mall, pindah ke lesehan depan DPRD Solo. Dan menunya saya suka sekali, bebeeeek. Yap, lesehan yang khusus menyediakan bebek dan ayam goreng ini "anak muda banget". Harganya juga standar. Untuk acara santai sambil ketawa ketiwi ala mahasiswa, paass.


Nah, terakhir tempat yang saya temukan adalah Dapur Sandwich. Dari namanya, bisa dipastikan kalau menu utamanya adalah sandwich. Yummy banget. Mulai dari sandwich sayuran dan daging, isi buah-buahan, sampai aneka sandwich yang duet dengan es krim. Porsi bisa disesuaikan selera. Mulai dari small sampai ukuran big ada juga. Untuk dekorasi tempatnya bisa dibilang biasa saja. Tapi saya jamin, aneka sandwich ini akan memanjakan sekali. Hihihi.. 

Semua tempat ini baru saya temui dua bulan terakhir ini lho. Hehe.. Jangan ditanya tempat makan lama yang makanannya g kalah enak. Kapan-kapan deh cerintanya. Okaiii. ^.~a

Baca Selengkapnya...

Saya, Perpustakaan UNS, 21 September '10

Gimana yak? Kadang kurang terlalu nyaman pake istilah "aku". Meskipun hanya sekedar istilah, rasanya terlalu meng"aku", hehe.. Pengen ganti suasana ah.. "saya" maybe (sometimes) better.

***

Hari ini rencananya saya, hehe, mau jalan-jalan ke perpustakaan UNS. Nemenin salah satu teman yang dari kemarin ribut terus nyari topik skripsi.

Teringat dua tahun yang lalu waktu masih kuliah disana, senang sekali nongkrong di perpustakaan itu. Bangunannya memang tidak sebagus gedung-gedung lain yang sudah berdandan modern. Masih old fashioned dan bertengger seram. Lokasinya yang seperti "tenggelam" karena berada di dataran yang agak rendah dibandingkan dengan yang lain bikin ini bangunan semakin menarik buat saya. Soalnya suasana di UNS juga masih ijo banget saudara-saudari.

Bau buku-buku yang kebanyakan jadul itu semacam menarik hati saya. kalo lagi duduk dan sok sibuk baca-baca, jadi keinget sama Hogwarts, sekolahnya bang Harry, xixi.

Hari ini, disana, harus dapet sesuatu yang bermanfaat. smangaaatttt!!!!


***

Tanggal 21 September
Met milad adekku tersayang Paramita Riski Setianingsih


Kadang karena terlalu malu mengungkapkan, hanya ucapan kecil dan cipika-cipiki di pipi itu yang nampak. Meskipun kita berdua sama-sama keras kepala (maafkan kami ya pak, buk, ) mbak yakin sebenarnya ada rasa sayang yang gunung slamet pun tidak bisa menandingi tingginya.


Be a great doctor ya dek..



















          Mbak Ita sayang kiki.




***


Tiga jam kemudian...


Wah wah wah, satu kata untuk jalan-jalan hari ini. Bingung.


Karena tujuan teman saya ini tadi mencari referensi untuk bahan skripsi, kami putuskan langsung saja mencari bagian itu. Ternyata oh ternyata, kami berdua kebingungan mencari ruangannya. Bertanya pada petugas pun dioper kesana kemari layaknya main ping pong.


Petugas perpus yang di dalam mengatakan kami harus masuk melalui tangga di luar ruangan. Setelah beneran keluar dan sampai di lantai dua, seorang bapak memberitahu kami untuk masuk dari dalam. Perasaan kami mulai tidak enak. Dengan PDnya saya bertanya pada pak satpam


"Pak, kalo mau liat skripsi dimana ya Pak??"
"Mbaknya dari universitas mana?"
"STIS, Pak.."
"Daftar dulu ya Mbak..."


Jiaaah.. Ketauan deh bukan mahasiswa situ. 

Sempet ngambil gambar juga, hehehe...





Baca Selengkapnya...

Tak Mengerti.. Sepi


berprasangka pada malam


sepiku meluncur


mengarah melayang pada bintang yang berpendar

meski bersinar, tak ada satu pun uraikan nada



anganku berjalan ingin berlari


menyusuri detik demi detik kesunyian yang berbentuk kerinduan







mengejar apa yang entah ada dimana


menyisakan lelah yang teramat


entahlah


sesuatu..



seseorang...






seolah tak peduli betapa sepi ini tak pernah ku mengerti

Baca Selengkapnya...

Ayah




Dimana, akan ku cari
Aku menangis seorang diri
Hatiku ingin slalu bertemu
Untukmu aku bernyanyi

Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi
Walau air mata di pipiku
Ayah dengarkanlah, aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi



Lihatlah… hari berganti
Namun tiada seindah dahulu
Datanglah aku ingin bertemu

Untukmu aku bernyanyi
Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi
Walau air mata di pipiku
Ayah dengarkanlah, aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi






Datanglah aku ingin bertemu
Untukmu aku bernyanyi
Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi
Walau air mata di pipiku

Ayah dengarkanlah, aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi




-Broery Marantika-
Baca Selengkapnya...

Yang Terbaik Bagimu

Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu



Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak




Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu






















Andaikan detik itu kan bergulir kembali
Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati




-Ada Band-




Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya...
Baca Selengkapnya...

Hari ini Aku Bahagia


‘Aku kangen mas Anas..’

Menarik nafas panjang. Aku berdiri menunggu taksi yang menjemput aku dan ibuku pagi itu. Suasana ibukota ramai. Paling tidak di kampung yang menampungku selama hampir empat tahun ini. Di sekeliling ku lihat bocah-bocah berlarian. Seragamnya merah putih. Cantik dan ganteng. Persis seperti aku waktu masih sebaya mereka.

‘Eh Fir, ayo adu karet. Lu pasti kalah deh nglawan gue!’
‘Sembarangan lu, pasti gue yang menang laah..’
‘Yaelah, kemaren aja lu ampe nangis ngadu karet ama gua’
‘Ape lu, ntar deh gua panggilin temen-temen gue. Masih brani g lo?’

Hehe. Dasar bocah Jakarta..
“Kalau main gobak sodor aku pasti bisa. Selalu menang soalnya. Lebih seru daripada main karet”, batinku.

Mobil warna biru yang aku pesan subuh tadi sudah datang. Membuyarkan lamunanku. “Monggo buk, taksine sampun”, aku mempersilakan ibuku masuk terlebih dahulu ke dalam taksi. Sambil mengangkat sedikit jarikku aku menyusul ibuku. Aku menatap mata ibuku. “Mpun manis dereng, Buk? Hahaha..”, aku bertanya sambil cengar cengir gag jelas. “Uwis nduk. Wis manis tur ayu. Ning yen ngguyumu jik ngakak ngono kui yo dadi ra sido”. Aku menegapkan dudukku, merapikan posisi jilbabku yang sebenarnya sudah rapi, lalu tersenyum kecil. “inggih buk..”


Aku melihat jam di tangan kiriku. Setengah tujuh pas. “Gedung Sriwijaya ya, Pak”, setelah memberi tahu tujuan kami kemana, aku dan ibu hanya terdiam. Tiba-tiba suasana jadi sedikit tenang. Aku melihat ke luar jendela. Anak-anak kecil yang janjian adu karet masih bisa terlihat olehku. Namun jelas semakin menjauh. Aku mengalihkan pandanganku ke arah jendela. Lalu tersenyum. Empat tahun ternyata bukan waktu yang sebentar. Dan hari ini salah satu hari paling bersejarah dalam hidupku. Kalau saja dulu aku tetap memutuskan untuk kuliah di Solo, mungkin tidak pernah aku disapa suasana yang sedemikian nyamannya. Aku menikmati suasana ini. Bertahun tahun hidup di kampung ini membawaku menyediakan satu tempat rindu.


Aku melirik ke arah ibu. Ternyata beliau juga melakukan hal yang sama. Melihat ke luar, ke arah jendela. Entah apa yang beliau pikirkan tentang tempat tinggalku, lingkunganku, dan apa-apa yang menjadi guru kehidupanku. Taksi berjalan cepat melewati jalanan ibu kota yang belum terlalu macet. Empat tahun menghadapi kemacetan, aku seharusnya khatam pelajaran kesabaran. Hee...

‘Aku berhenti di lampu merah jalan Thamrin. Aku lihat restoran padang yang pernah mas Anas ceritakan. Rame banget, persis seperti kata kamu..’ 


Kami terus diam. Seperti sengaja memberi jeda untuk menikmati suasana ini. Hehe.. ibu dan anak memang harus saling mengrti. Tiba-tiba saja handphoneku berbunyi. Nada deringnya lagu Seurius, 17 Desember. “Sha, kamu dimana to? Lha wong nyalon aja kog lama buanget. Gek ndang cepet. Wis diabsen ki. Acaranya udah mau dimulai ”, di telfon suara Ningrum menggema di telinga. Bocah ini selalu saja mengingatkan di saat genting. Lebih tepatnya grusa grusu. “Iyo Ning, aku wis ning ngarep gedung. Kamu dimana?”, tanyaku. Sebelum dia menjawab, telfonnya sudah diputus. Dasar bocah gemblung.


Setelah menutup telfon dari ningrum, aku dan ibu bergegas ke luar dari taksi menuju ke gedung utama. Suasananya ramai sekali. Banyak mobil di parkiran. Banyak bapak-bapak mengenakan batik dan setelan jas resmi. Kelihatan jadi ganteng semua. Tentu saja banyak diantara mereka yang menggandeng wanita. Kalau dugaanku tidak salah mereka adalah isrinya. Berkebaya lengkap dengan sanggul atau jilbab yang berhias bunga. Yang paling menarik adalah gadis dan pemuda sabayaku. Subhanallah. Aku tersenyum, lalu melambai pada mereka yang aku kenali. Mereka tidak kalah cantik dan ganteng. Aku suka sekali hari ini. Mereka semua teman seperjuanganku yang tidak mudah dikenali. Berbalut batik dan kebaya. Semuanya. Tidak terkecuali.


‘Mas Anas, hari ini aku wisuda. Bagaimana kabarnya mas Anas? Hmm.. Aku cantik lho. Temen-temanku juga. Di sampingku ada ibuk. Mas anas tahu kan, wanita paling jago masak opor ayam yang pernah aku ceritakan pada mas Anas dulu. Ada juga Angga, ketua kelas bawel di tingkat 1 yang dulu sering memarahiku lantaran sering membuat gaduh kelas. Ehm, ada Ningrum juga. Dia manis, hehe.. Mas Anas, udah dulu ya ceritanya. Titip salam buat Tuhan. Baik-baik ya mas disana. Heh? Kekasih? Yang bisa bikin aku senyum-senyum sendiri masih mas Anas kog...’


Mungkin aku sudah gila. Terbiasa menceritakan semuanya pada mas Anas sampai lupa kalau dia sudah dipanggil terlebih dahulu. Seandainya kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin hari ini dia jadi melamarku. Tepat hari ini. Ah, tidak seharusnya bersedih di depan mereka semua yang tersenyum untukku. Dan hidup tidak akan terus menungguku.


“Nasha Ayu”, suara seseorang yang memanggilku lewat mikrofon tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Aku beranjak dari kursi dan tersenyum lebar sekali. Ini untuk ibuk. Untuk dua laki-laki yang lebih dulu pulang. Laki-laki yang aku sayangi, bapak dan mas Anas. Kupercepat langkahku. Ya Allah, sampai juga di tahap ini. Nasha Ayu, S.St.









‘Terimakasih ya mas.’





Baca Selengkapnya...

1 Syawal 1431 H


Ada yang berbeda dari lebaran tahun –tahun kemarin. Biasanya kami sekeluarga berangkat sholat ied berenam. Bapak sendirian menuju shaf laki-laki. Ibuk, aku, kiki, dek ela, dan simbah menuju shaf perempuan. Beberapa bulan yang lalu simbah tutup usia. Bukan oleh sakit aneh-aneh yang biasa diderita orang kebanyakan makanan berkolesterol. Atau sakit yang mengharuskan penderitanya untuk jaga jarak dengan gula. Simbah sakit tua. Aku lebih suka menyebutnya begitu.

Jarak mesjid hanya dua puluh meter dari rumah. Tapi seperti biasa, kami g bisa mendapat tempat di depan. Setelah perjuangan lihat kanan lihat kiri, ada juga tempat kosong pas di bawak pohon. Shaf paling belakang. Dengan pedenya kami menempatkan diri. Setelah duduk, kurasakan sedikit nggronjal di bawah. Hehe.. kami dapat tempat yang kurang rata. Untungnya lagi, ternyata oh ternyata waktu aku berdiri buat mulai sholat, ranting sama daun-daunnya pas banget di depan muka. Allah sayang aku ^^

Dua rekaat masing-masing berbilangan tujuh takbirotul ikhrom
Suasana pagi mendung
Khidmat sekali
Hmm..
Menikmati alunan al fatihah
Mencoba menghitung betapa banyak yang Dia berikan padaku hari ini, sampai hari ini




Selesai sholat, aku mencium tangan ibuk. Selalu dengan mata yang agak basah. G tahu kenapa. Urusan yang begini aku memang cengeng. Lalu dususul kedua adikku yang bandel, mencium tangan ibukku. Allah sayang kami ^^



Setelah sholat ied, kami langsung pulang. Karena almarhumah simbah dulunya yang paling dituakan di kampung, para tetangga biasanya yang datang berkunjung untuk silaturahmi. Aku kira setelah simbah g ada akan ada perubahan. Ternyata, mereka masih setia dengan ikatan kebiasaan itu. Jadilah kami sekeluarga sibuk bersalam-salaman di rumah. 



Aku paling suka acara sungkeman kami. Sering aku membayangkan keluarga kami adalah keluarga cemara. Meskipun anggota keluarganya kelebihan satu, tetap saja aku menyebutnya begitu. Kami berlima berada di ruang tamu. Ibuk terlebih dahulu sungkem sama bapak. Ibuk ngomong sesuatu ke bapak yang entah apa, bikin mereka berdua mbrebes. Lalu ibuk mensejajarkan diri duduk di samping bapak. Giliranku yang sungkem. Komat kamit sejenak. Lalu ada acara mbrebes lagi. Begitu seterusnya sampai sungkeman selesai.



Waktu ku cium tanganmu bapak
Ada yang buru-buru mau keluar
Setitik air bening di sudut mata
Jangan kau tanyakan mengapa
Pokoknya, dia laki-laki yang aku sayangi
Yang aku ingat sering memboncengkan aku naik motor waktu kecil
Hanya agar aku cepat tidur siang

Waktu ku cium pipi ibuk
Setitik air bening ini keluar lagi
Dan kali ini tak mau berhenti
Dia wanita paling aku cintai
Aku di pangkuannya waktu diboncengkan bapak naik motor


1 Syawal 1431 Hijriah







Baca Selengkapnya...

Saling Memaafkan yaa.. ^^

Assalamu'alaykum..

Tadi malam itu aku sedang rajin-rajinnya buat blogging. Setelah bertapa dan nemu banyak hal, langsung aja tancepin di tanah lapang punyaku ini. Hehe...

Dua hari lagi lebaran dan inbox di hp udah mulai penuh sama ucapan-ucapan minta maaf. Karena aku ini salah satu mahkluk yang suka bendel, cerewet, dan banyak punya salah, moment ini sekaligus jadi ajang permintaan maaf juga dariku.

Kalau ada yang bilang kecepetan, g juga ah. Takutnya besok udah g sempet (siapa tau udah g ada umur, hehe..). Iya kan?? So, buat semua keluarga, teman, sahabat, handai taulan, dan yang pernah tersakiti (yang g tersakiti juga, wkwk) aku mohon maaf yaa. "aku hanya manusia biasaa.. yang tak sempurna dan kadang salaah..." *backsoundnya inih. Kalau selama ini sering merepotkan atau suka bikin gemes (PD banget!!) maaf banget.

Meskipun di sela-sela permintaan maafku pun masih ada celoteh yang bikin g sreg di hati, aku g jenuh buat minta maaf. Yaaa... ^^v



Lebaran pada mudik g nih? Aku resmi jadi salah satu pemudik yang suka ada di tv tv itu. Yang liputannya selalu heboh, kata dosen demografiku mudik itu migrasi terbesar di dunia lho. Hiyaaah.. Sejak dua tahun kemarin selalu sibuk nyari tiket buat pulang ke rumah. Pulang ke Solo. Padahal kampus tempatku belajar liburnya udah sebelum puasa. Hehe.. Jadi malu kalau ketahuan heboh nyari tiket. Padahal jelas masih adem ayem kalau tanggal segitu.

Mudik keluarga sih ke Sukoharjo. Sebuah kabupaten kecil nan indah permai yang jadi salah satu bidikan para pemudik juga. Kalau mudik yang ini g terlalu ribet sih. Kami sekeluarga dengan suasana santai bermobil tiap hari H idul fitri. Sekitar jam duaan siang. Simbah kakung dan mbah putri dari bapak alhamdulillah masih sehat. Huhuhu..

Mbaah, aku kangeeen.. *hug



Ngombe es dawet nggelar kloso
Yen kurang legi ditambahi gula jawa
Rong dina meneh wis bakdho
Yen akeh salah nyuwun pangapura



Oia, sedikit nambah lagi. Mungkin di Indonesia, ngucapin selamat lebaran sangat populer. Tapi, Rasulullah saw sendiri tidak pernah mencontohkan hal tersebut lho. Hehe.. Biasanya beliau mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum kepada para sahabat. Artinya semoga Allah menerima aku dan kalian. Maksudnya menerima di sini adalah menerima segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan. Beberapa sahabat kemudian menjawab shiyamana wa shiyamakum, yang artinya puasaku dan puasa kalian. Jadi ucapan ini bukan dari Rasulullah, melainkan dari para sahabat.

Berbarengan dengan ucapan selamat lebaran atau idul fitri biasanya diikutsertakan juga capan minal 'aidin wal faidzin yang juga tidak dicontohkan oleh Rasulullah. Parahnya lagi, ucapan tersebut diiringi dengan "mohon maaf lahir dan batin" sehingga orang sering salah mengartikan minal 'aidin wal faidzin sebagai mohon maaf lahir dan batin. Padahal arti sesungguhnya bukan itu. Minal 'aidin artinya dari golongan yang kembali dan wal faidzin artinya dari golongan yang menang. Jadi makna ucapan itu adalah semoga kita termasuk golongan yang kembali (maksudnya kembali pada fitrah) dan semoga kita termasuk golongan yang meraih kemenangan.







Baca Selengkapnya...

Aku Ada

Melukiskanmu saat senja
Memanggil namamu ke ujung dunia
Tiada yang lebih pilu
Tiada yang menjawabku
Selain hatiku dan ombak berderu


Di pantai ini kau selalu sendiri
Tak ada jejakku di sisimu
Namun saat ku tiba
Suaraku memanggilmu
Akulah lautan kemana kau selalu pulang


Jingga di bahuku
Malam di depanku
Dan bulan siaga
Sinari langkahku
Ku terus berjalan
Ku terus melangkah
Kuingin ku tahu engkau ada


Memandangimu saat senja
Berjalan di batas dua dunia
Tiada yang lebih indah
Tiada yang lebih rindu
Selain hatiku andai engkau tahu

Di pantai itu kau tampak sendiri
Tak ada jejakku di sisimu
Namun saat kau rasa
Pasir yang kau pijak pergi
Akulah lautan memeluk pantaimu erat


Jingga di bahumu
Malam di depanmu
Dan bulan siaga
Sinari langkahmu
Teruslah berjalan
Teruslah melangkah

Ku tahu kau tahu aku ada




By : Dewi Lestari


Baca Selengkapnya...

Sepucuk Surat dari Ayah


Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang ayah kepada anaknya yang sesungguhnya bukan miliknya, melainkan milik Tuhannya.

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.




Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.


Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.


Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.


Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi,kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.


Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa erusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.


Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan rohaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti.


Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.


Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.




-anonim-

Baca Selengkapnya...

Haii

Haii..

Bagaimana kabarmu hari ini?
Pasti ramai hatimu karena riuh cinta mereka
Syukurlah



Aku kangen...



Sejak waktu itu ada yang benar-benar berubah
Rasa yang kau tinggalkan ternyata punya nama
Namun tak pernah yakin aku mengejanya seperti apa
Hanya terkadang, aku tersenyum sesering aku terisak
Pernah juga tertidur sampai menangis


Bagaimana kabarmu hari ini?


Apa kita memikirkan rintik yang sama?





Baca Selengkapnya...

Pinguin Jadi Sasaran

Pengen ngisi bulan ini dengan studi kasus yang mendalam dan serius. Hahah. Apaan sih. Lagi liat kartun di tv. Tokohnya pinguin-pinguin. Ah. Kog akhir-akhir ini aku sering banget ngeluh pake kata "ah" ya. Whatever. Pinguin lagi. Mereka lagi ngomongin tentang roh langit. Ada simpanse juga. Ada percikan dari lagit. haha.
Di rumah lagi sepi nih. Bapak ibuk masih kerja, dek ela sekolah, kiki kuliah. Dan aku sendiri, sibuk ngutak-atik blog ini. Blogwalking kesana-kesini nyari kegiatan biar g dibilang makan uang saku buta.

Baca Selengkapnya...

Lagu Kamar Sebelah


Tiba-tiba saja merindukan lagu-lagu dari kamar sebelah.

It's Not Over, Secondhand Serenade

I'm falling apart, I'm falling apart
Don't say this won't last forever
You're breaking my heart, you're breaking my heart
Don't tell me that we will never be together
We could be, over and over
We could be, forever














The Only Exception, Paramore

I had sworn to myself that I'm
Content with loneliness
Because none of it was ever worth the risk
Well, You, are, the only exception

And I'm on my way to believing
Oh, And I'm on my way to believing

Dia sedang sangat bahagia akhir-akhir ini
Lagu-lagu dari kamarnya berbau wangi sampai ke hati
Hatiku yang merindu lagu-lagu seperti itu


Right Here Waiting, Richard marx


Wherever you go
Whatever you do
I will be right here waiting for you
Whatever it takes
Or how my heart breaks
I will be right here waiting for you


She love music
Sering aku mendengar dia bersenandung malam-malam
Ah, pagi-pagi juga


Keong Racun,
Tetaplah di Hatiku, Bunga-Christian Bautista


Yang selalu ku suka
Lagunya tak jauh dari tema yang satu itu




Kadang aku senyum-senyum sendiri dari dalam kamarku
Kadang heran, kog lagunya itu-itu saja selama dua hari


Tentu saja, aku juga ikut komat-kamit
Nyambung-nyambung lagu yang kadang tidak selesai dia nyanyikan
Ketawa kecil kadang sampai terlalu menghayati


Pernah suatu kali aku sampai mbrebes
Satu lagu yang membuatku diam tak bisa berkomentar
Yang pernah dinyanyikan malam-malam bersama seseorang
Hehehe


Aku kangen lagu-lagu dari kamar sebelah
Akan ganti tema atau g ya kira-kira?


Terakhir dia suka D'Bagindas
Bertahan satu ciiintaa
Bertahan satu c.i.n.t.a


Baru akan tahu jawabannya satu bulan lagi nih


Happy fasting sobat
Ketemu satu bulan lagi yaa
I hope still that music with genre I loved jadi aku bisa senyam senyum terus setiap hari, wkwk

Baca Selengkapnya...