Baca Selengkapnya...
Layang-Layang
Baca Selengkapnya...
Senja
Baca Selengkapnya...
Confession
Assalaamu'alaikum wr wb.
Hai semua. Pagi ini saya sudah mengesot ria di depan leptop. Saya masih chubby dan ramah lho #wew ^^
Bebebrapa waktu terakhir Jakarta sering angin kencang. Kalau siang panasnya minta hujan, minta ampun juga. Kalau udah sedikit sore, angin lagi. Kata ibuk di Solo angin juga lagi kenceng-kencengnya. Postingan saya bukan berita perkiraan cuaca lho. Intro saja.
Hehehe
Sebenarnya, akhir-akhir ini saya yang jarang menulis di blog baik dalam bentuk curhatan maupun curcolan, karena saya sedang tidak bisa menulis. Susah sekali. Banyak yang pengen diceritakan. Tapi jatuhnya cuma baca-baca postingan orang, berlama-lama di sana, lalu sekedar melihat-lihat postingan sendiri.
Kemarin, adalah hari tersedih selama seminggu terakhir. Adalah SIPADU, portal web milik sekolah tinggi yang saya hormati. Memang beberapa waktu ini, khususnya mahasiswa tingkat 4, sibuk buka-buka SIPADU, bagian penyusunan skripsi. Judulnya -hari tak pasti menanti pembimbing skripsi-.
Awalnya saya bersemangat begitu melihat postingan teman sekelas di group fb. Usut punya usut, pengumuman dosbing (dosen pembimbing) sudah ada di SIPADU. Oh God. Langit gelap. Percaya atau tidak, dari puluhan dosen yang ada, ada 2 nama yang sengaja saya berikan pada Allah. Biar nama saya tidak bersebelahan dengan mereka, di daftar apapun. Biar saya nggak jodoh dengan mereka.
You know? Unfortunately I got one of them.
Apa doa saya salah? Atau saya yang salah? Apa saya salah berharap tidak revisi tiap hari? Tidak perlu melakukan hal aneh macam, yang kakak tingkat bilang, menyanyi? Bawa duren? Huh!
Tidak bersyukur? Mungkin. Ikhlas? Sedang terus saya usahakan.
Pagi Hari, 27 Januari 2012
Besok pagi, akan ada kejutan yang butuh hati yang lebih kuat lagi. Hahaha. Maaf ya kalau saya sering lebay.
Jalan wif Brindil
Assalamu'alaikum
Haiii. Apa kabar? Lama saya nggak ngapdet blog. Hee :D gapapa la yaa...
Akhir minggu yang malas membawa kami (saya dan brindil) pada kebiasaan berjuta mahasiswa nggak ada kerjaan. Yapp. Jalan-jalan. Jalan di sini, tujuan sebenarnya cuma pengen ke ambasador mall. Benerin hp brin yang sinyalnya payah banget kalau dipake (di kosan). Yahhh, tapi apa daya, melintasi kawasan Tebet tanpa hunting "sesuatu" disana sayang banget rasanya.
Sebelumnya, saya pengen cerita tentang kami yang saltum alias salah kostum. Entah kenapa, saat berangkat kami ngerasa kalau yang kami pakai ini nggak match. Entahlah. Semuanya. Tapiii, we find unexpected things. Hahaha... Look at the picture after this! :D
Dari ambasador kami naik angkot menuju daerah Tebet. Turun dari angkot lalu kami berjalan di sepanjang zona -antilapar- dan bingung saat mendapati banyak banget tempat makan yang menarik perhatian. Actually, we want to try something new. Sushi misalnya. Tapi karena kami sedang tidak ingin bereksperimen yang terlalu ekstrim (maklum, terbiasa berpecel ria), jadilah kami ke resto bernuansa Bali saja.
Hi Hubb
masih mau berusaha dengan perempuan lain? silakan.
setelah hari ini, apa yang membuatmu berfikir aku akan selalu ada di sampingmu?
untuk hati: semangat yaa
Sebenarnya Intinya Soal Waktu
Jadi Inget PKL
Dua minggu kemarin ada pembubaran panitia PKL 50. Ah jarkomnya payah. Masa’ pembubaran. Yang bubar siapa? Kita kan masih sama-sama selama masih satu institusi. :p
Acara itu intinya semacam pengen menutup secara tidak resmi segala kegiatan yang ada hubungannya sama PKL. Ada makan-makan, cerita-cerita, dan nonton bareng film PKL.
Duduk di tengah ratusan teman-teman seangkatan, sambil ngesot dan gelap-gelapan nonton film PKL itu... kaya’ kita PKL lagi. Kaya’ pulang jam setengah dua malem, lewat Kebon Sayur sendirian, lalu ketiduran di kelas paginya. Kaya’ sehari semalem nahan muntah gara-gara supir P.O. Hariyanto nyupirnya nggak karuan selama Jakarta-Surabaya. Kaya’ nyacah 1 blok sensusnya Tat-Tat sendirian, sementara dari 3 blok sesus yang jatahnya buat 2 orang, kamu udah selesai 1 blok. Kaya’ jalan sendirian muterin blok 013B, dan semua orang berbahasa madura –yang kamu nggak ngerti- merhatiin kebingungan kamu. Kaya’ naik motor di pematang sawah setengah meter blok 001B dan hampir kepleset karena ngeliatin rumah sebelah mana yang belum ditempel stiker.
Inget Suramadu, Madura, Penduduknya, inget cerita-cerita serem tentang orang Madura, yang ternyata beda banget sama kenyataannya. Mereka ramah dan baik. Banget.
Kalau kuliah di tempat lain, mungkin saya nggak bisa merasakan pengalaman ini. Bikin survei yang pake milyaran anggaran negara, 300an mahasiswa dan dosen, sama-sama berangkat ke Madura. Misinya satu: BELAJAR.
Well. Cerita yang bikin sebel selama di PKL nyatanya nggak ngaruh sama sekali sama kehidupan saya sekarang. Maksudnya, yang tersisa emang cuma pelajarannya aja. Kangennya juga. Saya masih pengen ke sana kalau diberi kesempatan. Ke pantai-pantai indah di Sumenep, foto di jembatan suramadunya, ke masjid agung Sumenep, ke restorannya Pak Djie –yang saya search di internet sebelum berangkat PKL- -yang letaknya di kabupaten penempatan saya, Sampang- -yang tetep aja belum bisa saya datengin sampai akhir PKL-, pengen makan bebek songkem yang dimakan bareng2 teman-teman serumah waktu disana. Hehehe... banyak yang bikin saya pengen ke Madura lagi.
Jakarta Gerimis. Kamu?
dekat.
Me Time