Oktober-Maret
Prasangka
...ingin sekarang juga saya membeli tiket kereta kelas apapun ke arah stasiun kalibata. lalu naik 06 dengan bayar 5x lipat agar bisa segera mengantarkan saya ke depan kampus. lalu ingin berlari sekencangnya saya ke arah flat kita yang 2x3 itu... menemuimu, memelukmu, menangis sekencangnya di pundakmu,... pulang.
Kota Tua
Bismillah.
Hai. Rabu siang yang panasss. weekend kemarin saya lagi-lagi ke kota tua. Nggak tau kenapa ya, meskipun hawa Jakarta lagi menyengat-menyengatnya, saya teteup pengen kesana. Kali ini sama si hubby. Dulu, kami pernah kesana juga, tapi salah waktu karena kami datang sore hari menjelang malam minggu. Yang ada cuma nonton orang-orang pada nggelar dagangannya di tengah lapangan depan museum Fatahilah. Crowdednya minta ampun.
Jadi, karena saya udah mulai kerja dan karena weekend sama hubby cepat atau lambat akan berakhir (sebelum dia penempatan) jadi kami memutuskan buat dateng ke tempat-tempat seru di Jakarta. Yah, meskipun ada dia aja udah seru, tapi ya bosen juga kalau cuma di rumah dengan dia yang asik baca dan saya yang asik ngebabu. Daaan, destinasi kami jatuh pada kota tua.
Jam sembilan kami berangkat dari flat kami. Karena si tigi (motor dia) sementara pulang kampung dulu, maka kami naik kereta ke stasiun Jakarta kota. Setelah sampai disana, kami sempat bernarsis ria di stasiun. Nggak tau kenapa, menurut saya stasiun itu salah satu tempat romantis. Alasannya simpel, karena kursi duduknya, pilar peronnya, relnya, sepi-dan-ramenya, juga ada saya di sudut-sudutnya.
Nah, begitu keluar dari stasiun, kami masuk ke museum bank indonesia. Pertama kali ke tempat ini kira-kira tiga tahun lalu, sama dua sahabat saya. Banyak yang nggak berubah, kecuali mainan tangkap-tangkap koin pake bayangan, sekarang udah nggak ada. Ini dokumentasi di museum bank indonesia. Hahaha. Rada nggak layak publish untuk artikel jalan-jalan, tapi buat tulisan pribadi sih, nggak papa lah.
Ngelamar (?)
Tidak ada yang tahu kalau di hari ulang tahun ke-23-ku, pertama kalinya ada seorang laki-laki memberiku cincin. Dan anehnya dia tidak mengatakan apapun kecuali menyuruh aku berhenti menangis :|
Hari ini, yang mau saya bilang adalah, meskipun saya tidak mendapatkan cincin mahal dari lelaki seromantis dan secharming yang ada di cerita cinderella, saya dapat satu juga. Meskipun sederhana, ada yang benar-benar bersungguh-sungguh mendapatkan itu, untuk saya. Ketika saya tidak mendapatkan ucapan "will you marry me" di cafe lengkap dengan lilin-lilin dan alunan piano yang bikin melting, saya berkesempatan mendengar kalimat itu hampir setiap hari dari lelaki saya ini. Daaan, meskipun saya nggak ditutup-tutup matanya untuk mendengar lamaran dari seseorang, saya dilamar juga (hihihi) :p
Beda kepala memang beda kreatifitasnya. I'm so fortunate to be part of this show. Aaaaa Allah sayang akuuu :') Anyway, kami menjalani hari-hari yang lebih berwarna lagi lho setelah hari itu, plus marahnya, plus sayangnya :)