Jingga

bukan waktu yang menjawab
tapi kita


mencuri sekelumit nikmatNya. maafkan. hari ini hujan, dan aku daun jambu muda mencium bau tanah basah. nyaman sempurna. kita mengaitkan tangan saat kesepian. merapatkan pundak menjalani kehidupan. tentang kita, jangan tanya lagi ini semua salah siapa. asal kamu tahu. jatuh cinta tak pernah seindah ini rasanya. 

Baca Selengkapnya...

Ibuk

Sudah lebih dari 3 tahun, ya buk... Apa pagi masih sama seperti saat aku masih tinggal di rumah? Seandainya aku lebih cepat dewasa hari ini, dan ibuk tidak harus membantu bapak di pasar... Seandainya ibuk tidak perlu bangun jam 3 pagi setiap hari untuk membongkar batuan es yang akan dibawa bapak ke pasar... Seandainya ibuk adalah ibuk yang duduk manis menanti bapak setiap pulang dari pasar... ah sudahlah. Bukankan memang itu pengabdian yang ibuk berikan untuk bapak, dan kami. Pengabdian demi cinta yang ibuk sebut “keluarga”.

Bapak berwiraswasta di salah satu pasar di Solo. Penggilingan daging. Tidak besar, tapi cukup untuk membuat tiga anak ibuku memiliki pipi yang tembem, dan masa kecil yang bahagia. Usaha bapak dimulai sejak anak pertama masih balita, aku. Dan sampai hari ini, bapak dan ibuk masih setia pada tempat itu. Menjemput rezeki.

Kami keluarga sederhana. Bapak dan ibuk hanya punya ijasah SMA. Kuliah bapak tidak tamat kuliah karena bayi yang dikandung istrinya lebih membutuhkan perhatian daripada tumpukan buku pelajaran. Bapak memutuskan bekerja. Masih serabutan, sampai akhirnya bisa mulai membuka jasa penggilingan daging. Ibuk setia mendampinginya.




Mempunyai 3 orang anak. Beberapa tahun yang lalu, ibuk masih bersikeras mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian, selain tetap membantu bapak kerja di pasar. Beberapa kali bapak marah-marah. Maksudnya, agar pekerjaan cuci, beres-beres, dan membersihkan rumah dikerjakan orang lain saja. Sering sekali ibuk sakit karena kecapekan. Kepayahan.



Anak pertama bandel sekali. Bukannya fokus sekolah, malah ikut organisasi ini-itu. Jarang berprestasi. Tapi sedikit beruntung, kata ibuk. Anak kedua pendiam di sekolah. Berprestasi, dan pemarah. Anak ketiga, bandel. Tidak pernah mau makan sayur. Kadang, ibuk yang sering disalahkan bapak karena hal itu.
Pernah suatu kali aku membuat ibuk sangat marah. Sampai menangis. Sering malah. Sampai sudah di Jakarta pun, anak tidak tahu terimakasih ini kadang masih bisa-bisanya membuat ibuk kecewa. #Memangnya kamu lahir dari batu?

Ya Rabbi, Tuhanku Yang Maha Tahu, maafkan aku. Sungguh, ia wanita yang paling aku sayangi. Jika kemarin ada yang membuatnya bersedih, aku mohon berikan hari ini kebahagiaan sebagai gantinya. Jika kemarin banyak kekecewaan yang membuat beban hidupnya semakin berat, aku mohon berikan hari ini keikhlasan hati sebagai gantinya. Aku mohon, sayangilah wanita yang setiap hari diam-diam mengirimkan deretan doa untuk bapak, untukku, dan kedua adikku. Berikanlah ia kebahagiaan di dunia ini, dan suatu saat nanti di tempat yang jauh lebih baik dari dunia ini. Agar ia tak perlu lagi bangun jam 3 pagi, letih bekerja di pasar, dan lelah karena hidup. Engkau Maha Mendengar, Maha Mencintai dan Memelihara, aku mohon, kabulkanlah doaku.


Ibuk, maafin Ita ya... Seandainya bisa setiap hari dimarahi ibuk, tak apa. Asal ibuk selalu sehat. Buk, masih ingat waktu vespa bapak mogok waktu aku mau berangkat sekolah pas SD? Waktu itu ibuk mengayuhkan sepeda federal untuk mengantarkanku ke sekolah. Tidak ada boncengan sepeda, aku duduk pas di belakang stang, di depan ibuk.  Ah. Harusnya aku tidak semanja itu. Ibuk jadi capek. Maaf ya buk.

Oia, maaf juga karena tidak bisa masuk SMP 4... tapi SMP 3 juga bagus kok. Buktinya Ita bisa masuk SMA 3. Masuk IPA seperti yang ibuk pengeni. Sayangnya Ita nggak pernah bisa dapet ranking. Maaf ya buk.

Ibuk, maafin juga karena Ita nggak bisa masuk ke kedokteran. 2 tahun masih belum cukup ternyata. Ita benar-benar minta maaf. Padahal Ita tahu, ibuk pengeeeen banget liat anaknya jadi dokter. Maaf ya buk. Tapi, setahun lagi Ita akan buktikan. Kalau bapak dan ibuk bisa tersenyum liat Ita pakai toga. Bulan Oktober tahun depan. Ita janji, sekeluarga akan berkereta ke Jakarta, dan Ita wisuda.


Buk, meskipun Ita nggak bisa jadi dokter, tapi Kiki bisa, kan? Ibuk tahu nggak? Allah sayang ibuk. Allah sayang bapak, sayang Ita, sayang Kiki, sayang dek Ela. Allah sayang keluarga kita.


Ibuk, Ita sayaaang banget sama ibuk.
Baca Selengkapnya...

Menantikan Adzan

Menunggu adzan maghrib. Manusia punya banyak cara bertemu Tuhannya. Sore ini saya sudah wangi. Keadaan hati juga sedang sangat bahagia. Ah, banyak yang ingin saya katakan. 


Allah, Rabbku. Terimakasih untuk hari ini. Besok saya tidak tahu, apa masih Kau percayakan umur. Terimakasih karena proposal saya diterima. Terimakasih karena ada keluarga yang tengah menantikan kedatangan saya beberapa hari lagi. Terimakasih karena telah mengirimkan seseorang yang sangat menyayangi saya, Mas Arga. Pagi yang masih putih, dan Jakarta yang ramai. Terimakasih.






Adzannya sudah. Saatnya bertemu. :)
Baca Selengkapnya...

Tadinya Ku Kira






tadinya ku kira, 
masih akan ada kamu 
yang marah-marah di ujung telepon karena aku tidak membalas sms-mu 


tadinya ku kira, 
masih akan tetap lama
mendengarkan ocehan tentang seharianmu bersama mereka 


tadinya ku kira, 
akan selalu ada waktu menunggu beberapa mms fotomu 
agar aku bisa menyimpannya, katamu 
dan tinggal membuka hp saja saat aku rindu 


tadinya ku kira, 
pertengkaran kita akan berujung seperti biasa 
kamu tetap memanggilku sayang, pun aku demikian


tadinya ku kira, 
kamu tetap memelukku erat. lalu menggenggam tanganku kuat-kuat


tadinya ku kira, 
kamu lebih bersinar daripada matahari 
meyakinkanku bahwa dunia tak pernah malam hari


tadinya ku kira, 
kamu adalah pelabuhan yang mereka sebut cinta sejati 
sampai suatu saat aku menyadari, kamu mulai menjauh dan lama-lama pergi 




tadinya ku kira, 
kamu sebagian dariku yang Tuhan janjikan menggenapiku 
sampai suatu saat aku mengerti, kamu sebatas lilin yang sebentar menerangi







tadinya ku kira, 
aku semacam pagi menemani matahari 
sampai suatu saat aku memahami, mengira pun, bisa menyakiti diri







nb: ini untuk sahabat saya. you must be happy. 
Baca Selengkapnya...

Mengopi with Love



Assalaamu'alaikum wr wb 


Hari Jumat kemarin melelahkan sekali. Nggak cuma karena acara jalan-jalan sampai malam yang saya lakukan. Tapi sekaligus momen terbebasnya saya dari mata kuliah terakhir UTS ganjil semester ini. Analisis Multivariate. MTV. Menakutkan sekali. 2 jam ujian kemarin bikin saya deg-degan setengah mati. Nggak pernah setegang kemarin selama ikut ujian lebih dari 3 tahun di kampus saya. 


Siangnya saya, Eka, Puteri, Rani, Nova, dan Yoga jelan-jalan ke Taman Anggrek. Rencananya memang mau ice skating. Yah karena saya udah nggak terlalu bersemangat awalnya, ya sembari menunggu Eka dan Yoga main, saya jalan sana-sini aja. Si Nova pulang duluan karena mesti pergi ke kos temennya. Jadilah kami bertiga (saya, Puteri, dan Rani) menggeje bertiga tanpa Eka dan Yoga. Iseng, kami mencoba salah satu tempat minum kopi yang ada di sana. Espresso. Euhh. Pahitnya ampun-ampunan. Tapi inilah kopi yang sebenarnya. Kalau saya biasa minum kopi sachet, jauh sekali rasanya dengan kopi asli ini. Betewe, favorit saya masih kopi sachet. Hahahaa.




Setelah beberapa menit kami ber-haha-hihi sambil ngopi, datanglah Eka dan Yoga. Senyum mereka menandakan sesuatu. Saya udah curiga kalau ada sesuatu. Hihihi. Yahh, apalagi? Begitu datang senyam-senyum berdua. Hiaaah, kami melewatkan satu momen berharga saat itu. But guys, we are happy for ur new relationship. qeqeqe..

Mengobrol dilanjutkan dengan acara goda-menggoda. Menggoda pasangan baru yang belum mau mengaku kalau ada 'sesuatu' diantara mereka. Nyaman sekali suasana seperti ini. Orang-orang yang menyenangkan, dan persahabatan yang hangat. Saya melalui tingkat 4 ini dengan suka cita bersama mereka. 




Alhamdulillah ya Rabb.


Hari-hari berat menanti di depan. Mungkin yang bikin stress bukan hanya MTV nanti. Masih ada kompre, skripsi, seminar, sidang, rapor tingkat 4, dan pengumuman kelulusan. Semoga semuanya berjalan lancar dan tepat pada waktunya. 

Oia guys, kapan-kapan kita ngumpul lagi ya... Nothing is sweeter than the togetherness we share. Sayang kalian tauge, hihihi..










Baca Selengkapnya...