Kita

aku percaya cinta itu merah muda. lalu aku bertemu kamu yang jatuh cinta dengan jingga. aku pikir ceritanya sampai disitu saja. nyatanya, selalu ada "kita".



kamu tidak serumit aku. tapi, butuh waktu untuk selalu mengerti kamu. berminggu-minggu, windu, atau entah sampai aku punya cucu. yang aku tahu, akan ada pelukmu untukku memulangkan rindu.






Baca Selengkapnya...

Pagi ini dan Habibie

saat membuka mata pagi ini, yang diingat hanya kilasan mimpi semalam. aku akhirnya penempatan, di Kalimantan. yah, meskipun kenyataannya nanti akan entah di pulau apa.


mas, pagi ini Jakarta dingin. kalau tidak salah tebak, siang ini juga akan mendung seperti kemarin. baru dua bulan ditinggal saja, panasnya Jakarta sekarang jarang kelihatan. oiya, aku sayang kamu. kita jangan sering berantem ya, biar sayangnya nggak seperti cuaca.


umm... atau malah justru berantemnya kita yang bikin rasa sayang itu selalu ada ya. soalnya setelah adu argumen dan adegan ngambek-ngambekan, justru malah banyak hal spontan yang menunjukkan rasa sayang kita satu sama lain. ah, entah lah.



dua hari yang lalu aku nonton film Habibie dan Ainun. melodrama sederhana, tapi entah kenapa, aku mewek juga. aneh kan? di banyak bagian aku menangis. saat Ainun sudah meninggal saja, aku masih menangis waktu Habibi mengatakan "gula pasirku..." lalu kalimat demi kalimat yang diucapkan Habibie (asli) membuatku semakin terharu. lebay ya? nggak ah.


baru setelah nonton filmnya, aku baca surat asli dari Habibie kepada Ainun yang ditulis di bukunya.


aku mulai kagum dengan laki-laki ini.



Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti. Kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja.


Lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi. Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.


Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada.


Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.


Mereka mengira aku lah kekasih yg baik bagimu sayang,  tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yg baik.


Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.


Selamat jalan. Kau dari-Nya dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku dan sekarang kembali tiada. Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan, calon bidadari surgaku.



B.J. Habibie










aku ingin jadi bidadari surga buat kamu. sungguh.
Baca Selengkapnya...

Let's Simplify This



Beberapa hari menjelang salah satu momen penting dalam hidup saya. Tapi saya masih di sini, Jakarta. And doing nothing. Beberapa kali sempat terjadi konfrontasi antara saya dan... Entahlah. Setelah sekian lama, kamu tetap mahkluk paling cuek. Atau saya saja yang terlalu memaksakan diri. Dengan alasan sedang kedatangan tamu bulanan, kemarin saya meluapkan segala kemarahan saya ke kamu. Masalahnya selalu sama. Itu itu saja. Dan kamu tetap batu yang mental dengan gempuran kata-kata. Let's simplify this, honey. Menurutku komunikasi itu hal terpenting. Dan meluangkan sedikit waktu untuk menghubungiku itu mudah. titik.



October 2012.

Baca Selengkapnya...

Oh My Weight

Dulu entah kapan, saya suka banget ngeblog. Dan entah sejak skripsi kapan juga minat saya berubah haluan.


Oke. Besok saya mau mulai senam lagi. Everyday selama masih punya waktu di Solo. Yayaya. Saya udah gembul banget sekarang. Yayaya. Itu gara-gara saya kebanyakan cemal-cemil nggak jelas di rumah. Padahal baru beberapa hari liburan, berat badan jadi melambung tinggi angkanya. Bahkan di timbangan pun udah ganti digit depannya. Aaargh.


Jadi waktu kuliah dulu, tes masuk kampus saya ada semacam tes kesehatannya. Daaan, berat badan saya aduhai. Seberat mbak prety asmara kayaknya.


Lalu rutinitas di Jakarta bikin saya banyak berolah raga. Jasmani rohani. Misalnya naik-turun tangga kosan, naik-turun tangga kampus, sampai naik-turun tangga transjakarta. Nggak cuma itu, karena nggak ada motor, saya juga harus naik angkutan umum kalau mau pergi kemana-mana. Bayangkan kalau itu taksi blue bird yang adem. Nah giliran naik angkot atau metromini, udah panas, rame, polusi sana-sini, berisik, penumpang penuh, berdiri sejam lebih, maceeeeeeeettt pula. *curhat*. Belum lagi pelajaran di kampus yang melulu ngitang-ngitung. Ujian yang bikin rambut tebel saya jadi tipis dkk dll. Kesimpulannya, berat badan saya turun 11 kg dalam waktu 2 tahun.


Lalu di tingkat 2 juga, saat mencapai berat badan ideal versi saya, saya punya hobi baru. Yap, minimal seminggu sekali saya senam aerobic. Awalnya yang ada di pikiran saya, ini senam pasti gaya ibuk-ibuk punya. Ternyataaa, emang iya. Tapi instrukturnya bikin saya semangat. Selain senamnya yang bikin pingsan kecapekan, ada semacam perasaan seneng kalau lagi senam. Kalau lagi suntuk atau bosen sama rutinitas harian, saya biasanya ikut senam juga meskipun bukan jadwal saya. Dan hasilnya, sampai lulus berat badan saya nggak pernah melambung tinggi lagi.


Tapiii, baru 10an hari libur setelah kelulusan saya nambah 6 kg dari berat saat kelulusan -yang notabene udah nambah 3 kg dari berat ideal tadi- :| Ter la lu. Saya sedih, terpukul, marah, kecewa, dan tetap cemal-cemil seenaknya. Hiks hiks. Jangan tebak berapa angka-angka yang ada di cerita saya. Percayalah. Saya pengen ikut senam lagi mulai besok.


Maka, saya menerima tawaran seorang teman buat ikut aerobic, BL, yoga, dkk. Bismillah, besok daftar.







nb: gambar dari google
Baca Selengkapnya...